Waspada, 229 Desa di DIY Rawan Longsor

Ilustrasi : 8 Rumah Tertimbun Longsor di Solok
Ilustrasi : 8 Rumah Tertimbun Longsor di Solok

sindonews.com-BANTUL – Sebanyak 229 desa di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) berada di kawasan zona merah rawan bencana tanah longsor. Kendati demikian, alat peringatan dini di kawasan-kawasan rawan longsor tersebut masih sangat minim.
Selama ini, masyarakat sekitar hanya  mengandalkan sistem peringatan dini berbasis kearifan lokal.

Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY Herri Siswanto mengungkapkan, dari 438 desa yang ada di DIY, 301 desa di antaranya berada di kawasan bencana tanah longsor, gempa bumi, tsunami, banjir, dan juga kebakaran.
Karena berada di wilayah rawan bencana, diharapkan masyarakatnya memiliki tingkat kesadaran tinggi terhadap risiko yang mereka hadapi.
“Memang perlu ada penyadaran bagi masyarakat yang tinggal di kawasan rawan bencana tersebut,” tuturnya ketika mengunjungi Desa Srimulyo, Kecamatan Piyungan, Bantul, yang merupakan salah satu desa rawan tanah longsor, Senin (9/2/2015)
Wilayah rawan longsor di DIY memang mendominasi peta rawan bencana di DIY. 111 desa dari 229 yang rawan longsor berkategori dengan risiko yang tinggi, sementara sisanya masih tergolong sedang.
Di Bantul ada 24 desa yang tergolong tinggi, sementara delapan desa lainnya masuk kategori sedang. Karenanya, BPBD berupaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat masing-masing desa dengan membuat Desa Tangguh Bencana.
Kendati demikian, saat ini salah satu peralatan peringatan dini yang sangat minim adalah peringatan untuk tanah longsor.
Saat ini, dari 229 desa rawan tanah longsor, baru ada empat buah alat peringatan dini yang ada, masing-masing dua di Kulon Progo dan dua di Gunungkidul. Pihaknya berupaya menambah peralatan peringatan dini tersebut.
“Rencananya tahun ini kami akan memasang sekitar 200 alat extensometer (alat peringatan dini tanah longsor) di 10 desa di DIY.”
Alat ini akan dipasang di kawasan tanah yang rawan longsor. Ketika terjadi rekahan tanah, akan menarik alat tersebut dan selanjutnya extensometer alarm langsung berbunyi.
Alat ini akan berbunyi beberapa jam sebelum longsor, sehingga korban jiwa maupun harta dapat diminimalisir.
Selain memasang alat peringatan dini, pihaknya juga berupaya menambah jumlah Desa Tangguh Bencana. Tahun ini, dari 301 rawan bencana, masih sedikit yang dinyatakan Desa Tangguh Bencana.
Setidaknya baru ada 126 desa yang dinyatakan siap menghadapi bencana karena mereka telah memiliki kebijakan dan prosedur operasional standar untuk penanganan bencana.
“Tahun ini, ada empat desa yang kami bina menjadi Desa Tangguh Bencana. Dua di antaranya di Bantul yaitu Mangunan dan Srimulyo,” ujarnya.
(zik)

Leave a Comment