Gunung Semeru Longsor, Dua Pendaki Tertimpa Batu, Satu Tewas

Pemandangan puncak Gunung Semeru dilihat dari posko Kalimati, 12 Mei 2015. Kalimati juga merupakan tempat para pendaki mendirikan tenda untuk bermalam menghilangkan lelah sejenak sebelum menuju puncak. TEMPO/Nur Septia Wilda
Pemandangan puncak Gunung Semeru dilihat dari posko Kalimati, 12 Mei 2015. Kalimati juga merupakan tempat para pendaki mendirikan tenda untuk bermalam menghilangkan lelah sejenak sebelum menuju puncak. TEMPO/Nur Septia Wilda
 
 
 
 
 
 
 
TEMPO.CO, Malang – Dua pendaki Gunung Semeru mengalami kecelakaan tertimpa batu. Akibatnya, seorang pendaki meninggal dan seorang mengalami patah tulang.
Korban tewas, Dania Agustina Rahman, 19 tahun, warga Jalan Arif Rahman Hakim Perbata Nomor 4, Kelurahan Benteng, Kecamatan Warudoyong, Sukabumi. Korban patah tulang, M Rendyka, 20 tahun, warga Jalan Penguin 7 Nomor 157, Dusun Kenanga Baru, Kecamatan Pecut Sei Tuan, Deli Serdang.
Dania terluka di kepala dan patah kaki kiri. Jenazahnya dievakuasi ke Rumah Sakit Umum Lumajang. Sedangkan Rendyka tengah menjalani perawatan di Rumah Sakit Saiful Anwar karena patah tulang di kaki kanan.
Mahasiswa Universitas Harapan Mandiri, Medan, ini tengah menjalani operasi tulang. “Korban dari dua rombongan yang berbeda,” ujar juru bicara Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Khairun Nisa, Kamis, 13 Agustus 2015.
Seharusnya mereka tidak boleh mendaki menuju puncak. Sesuai rekomendasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, pendakian dibatasi sampai KaliMati. Pendakian ke puncak dilarang karena aktivitas vulkanik Gunung Bromo. “Setiap pendaki sudah dilarang ke puncak. Larangan disampaikan di Pos 1 Ranu Pani,” ujarnya.
Secara kebetulan kedua kelompok menuju puncak bersama-sama. Keduanya tertimpa batu besar di lokasi yang sama, sekitar 30 menit menuju puncak. Kejadian ini berselang dua hari dari pendaki yang dikabarkan hilang, Daniel Saroha, 31 tahun, warga Desa Cilebut Barat, Bogor.
Yoga Aditia, 18 tahun, adik Rendyka yang mendampingi di rumah sakit, mengatakan batu jatuh dengan cepat. Seorang pendaki di atas berteriak batu jatuh. Sedangkan di bawah sekitar 200 pendaki berjalan beriringan. “Kejadiannya Rabu jam 05.45 WIB,” ujarnya.
Para pendaki berusaha menghindar, lantas batu menghantam tebing terbelah menjadi dua. Rendyka berusaha menghindar tapi mengenai kaki kanannya hingga patah. Sedangkan Dania hanya berjarak tiga meter, tengah duduk beristirahat. Dia tak siap menghindar, sehingga batu besar menghantam kepalanya hingga tewas seketika.
Rombongan pendaki lantas menghentikan perjalanan. Mereka turun sambil membuat tandu darurat untuk mengevakuasi jenazah dan korban. Proses evakuasi berlangsung aman, sejumlah petugas Balai Besar TNBTS, relawan, dan Palang Merah Indonesia mengevakuasi ke rumah sakit terdekat.
EKO WIDIANTO

Leave a Comment