Kejadian Aneh dan di Luar Nalar Sebelum Terjadi Longsor Maut di Sungai Ngobo Kediri

Kondisi kawasan tanah longsor di penambangan pasir di aliran Sungai perbatasan antara Kecamatan Plosoklaten-Desa Satak Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri, Jumat (16/2/2018).
Kondisi kawasan tanah longsor di penambangan pasir di aliran Sungai perbatasan antara Kecamatan Plosoklaten-Desa Satak Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri, Jumat (16/2/2018).

TRIBUNNEWS.COM, KEDIRI – Warga sekitar Sungai Ngobo di Kediri menyakini adanya kejadian di luar nalar saat kawasan itu tanah longsor dan menewaskan sejumlah penambang pasir beberapa waktu lalu.Menurut Muhamad Mustofa, Kepala Desa Wonorejo Trisulo, persis di kaki Gunung Kelud tersebut adalah lokasi titik Petak 148 yang merupakan tempat kejadian bencana alam tanah longsor hingga menewaskan empat orang penambang pasir.
Dia menceritakan sejumlah keanehan di sekitar lokasi pertambangan pasir rakyat. Bahkan, sering terjadi kejadian aneh di lokasi itu, misalnya mesin truk menyala sendiri tanpa ada orang di dalamnya dan masih banyak lagi.”Warga telah terbiasa dengan sejumlah kejadian di luar nalar itu. Memang masih ada kejadian aneh-aneh” tuturnya kepada Surya, Senin (19/2/2018).
“Bukan mitos tapi ini nyata adanya dan memang itu terjadi,” imbuhnya.Dari pengamatan di lapangan, memang lokasi musibah tanah longsor di area pertambangan pasir rakyat, berada jauh di pedalaman kawasan perbukitan.Akses menuju ke tempat itu melewati perkebunan Satak. Jalannya terjal berupa tanah bercampur bebatuan. Akses jalan sepi melewati jalur sempit yang dikanan kirinya diapit tebing.Dari pintu gerbang Perkebunan Satak ke lokasi sejauh 15 kilometer melintasi perkebunan kopi yang masuk ke dalam area hutan. Sedangkan, titik terdekat via Balai Desa Wonorejo Trisulo dengan mengendarai mobil sekitar satu jam perjalanan. Untuk menuju ke lokasi longsor terlebih dahulu menyusuri aliran sungai dengan jalur track pasir bercampur air.Mustofa menjelaskan hampir tidak ada warga yang berangkat mencari pasir pada dini hari. Walaupun ada itupun sangat jarang dan dipastikan jumlahnya dapat dihitung dengan jari.Mereka para penambang, kata dia, yang berangkat dini hari tergolong bernyali besar. Tetapi, lebih banyak yang berangkat pagi.”Mereka nyalinya besar, nggak takut sama yang gituan. Dicoba sendiri saja sekalian membuktikan, mumpung di atas sepi nggak ada penambang. Coba saja mulai makam ke atas sekarang naik malah joos,” selorohnya.
(Muhamad Romadoni)

Leave a Comment