Kata Fisikawan soal Kopassus Cari Korban Longsor Pakai Tenaga Dalam

Pencarian korban longsor di Kampung Maseng, Cijeruk, Bogor akhirnya membuahkan hasil setelah pencarian dilakukan sejak siang kemarin (Foto: Istimewa)
Pencarian korban longsor di Kampung Maseng, Cijeruk, Bogor akhirnya membuahkan hasil setelah pencarian dilakukan sejak siang kemarin (Foto: Istimewa)

Jakarta – Salah satu anggota Kopassus memanfaatkan ilmu bela diri berupa tenaga dalam pencarian korban tanah longsor di Kampung Maseng, Cijeruk, Bogor. Bagaimana penjelasan ilmiahnya?Fisikawan LIPI Perdamean Sebayang mengatakan pemanfaatan tenaga dalam yang dilakukan Praka Pujiono tersebut ialah penerapan gelombang elektromagnetik. Hal ini dilakukan dengan pemusatan pikiran.
“Jadi sebenarnya, itu kan orang konsentrasi itu dengan memusatkan pikiran, jadi ada frekuensi nanti itu, gelombang elektromagnetik,” kata Perdamean dalam perbincangan dengan detikcom, Selasa (6/2/2018) malam.
“Tapi itu memang ada, tapi yang secara fisika, ya gelombang elektromagnetik,” sambungnya.Dia mengatakan pemusatan konsentrasi dengan teknik tertentu dapat dikonversi hingga menghasilkan gelombang elektromagnetik. Gelombang yang dipancarkan Praka Pujiono kemudian mendeteksi posisi keberadaan korban yang tertimbun tanah longsor.
Perdamean memberi analogi penerapan penggunaan tenaga dalam berupa gelombang elektromagnetik ini seperti alat sonar yang dipakai untuk mendeteksi panas suatu benda.
“Ya, betul (memancarkan gelombang elektromagnetik). Jadi terpantul lagi gelombang elektromagnetik itu ke dia,” ujar dia.”Kan itu ada frekuensinya. Cuma zaman sekarang sudah zaman teknologi, sebenarnya sudah ada detektor. Cuma dia tak pakai alat,” imbuh Perdaeman.Dia mengatakan seseorang dapat melakukan hal yang sama seperti Praka Pujiono lewat latihan. Tapi dia tak menampik, kemampuan memancarkan gelombang elektromagnetik dapat dilakukan oleh seseorang lewat faktor keturunan.
“Tapi tidak semua orang bisa melakukan itu. Itu kan yang namanya gelombang elektromagnetik dengan cara memusatkan pikiran,” ucapnya.
“(Itu) bisa dipelajari dengan latihan. Tapi tak semua orang bisa mendalami seperti itu, konsentrasi seperti itu. Tapi ada juga yang dari turunan,” sambung Perdamean.
Sebelumnya diberitakan, sejumlah personel dari Kopassus diikutsertakan dalam pencarian korban longsor di kawasan Puncak tersebut. Salah satu tim pencari korban dari anggota Kopassus, Lettu Arief Rahman mengatakan diperintahkan Komandan Batalion Mayor Inf Wahyo Yuniartoto untuk memanfaatkan ilmu bela diri tenaga dalam Merpati Putih. “Nah, kita mendapatkan arahan beliau (Komandan Batalion), belajar dari pengalaman beliau, kita eksplor kemampuan personel yang memiliki kemampuan getaran dalam bela diri Merpati Putih,” kata Arief saat dihubungi detikcom, Selasa (6/2).
Salah seorang anggota Kopassus, Praka Pujiono, kemudian mulai mendeteksi posisi korban dengan tenaga dalam yang dimiliki. Setelah menduga satu titik tempat korban tertimbun, dia kemudian mengarahkan ekskavator untuk melakukan penggalian. Selanjutnya pencarian korban dilakukan dengan menggunakan cangkul.
Tim pencari kemudian menemukan tiga korban meninggal tertimpa longsoran pada pukul 09.40 WIB tadi. Tiga korban yang ditemukan adalah Nani (30), dan dua anaknya, Aurel (2) serta Aldi (9).Sedangkan dua korban lainnya masih dicari, yakni Alan Maulana Yusuf (17) dan Adit (11). Sebelumnya, lima orang dilaporkan hilang dalam kejadian itu.
(jbr/tor)

Leave a Comment